Kongres KIPP Indonesia Pertama Tanpa MWK.

KOngres KIPP Indonesia, Cibubur, 13-15 Januari 2018
Spread the love

Laporan dari arena Kongres:

Mulyana Wira Kusuma (MWK), adalah figur sentral pada kelahiran, keberadaan dan kiprah Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Indonesia, ia adalah sosok yang sangat tenang dan mampu untuk merajut kebersamaan dengan banyak kalangan, sehingga mampu membangun solidaritas dan kesadaran banyak pihak dalam pembentukan KIPP , yang kemudian berubah menjadi KIPP Indonesia dalam Kongres KIPP tahun 2008, kongres yang terakhir dihadiri MWK. Meski berperangai tenang dan ramah, denga rambut khasnya yang panjang, MWK adalah sosok pemberani, berani melawan kekuasaan Orde Baru yang saat itu sangat represif, ketika banyak aktifis lain malah minggir karena tak tahan menghadapi tekanan Orba, yang ditopang ABRI (TNI-Polri sekarang), saat itu

Kongres KIPP Indonesia kedua yang dilaksanakan pada tanggal 13 sampai 15 Januari 2018, atau setelah 10 tahun kongres KIPP Indonesia pertama yang diselenggarakan di Gedung YTKI, Jakarta pada bulan Agustus 2008. Kongres ini dihadiri oleh 23 Provinsi, dari seluruh Indonesia, termasuk utusan dari KIPP Wilayah Aceh dan KIPP Wilayah Papua, tak ada lagi kehadiran sosok MWK, yang biasanya menjadi orang terpenting dalam semua kongres KIPP, sejak berdirinya lembaga pemantau Pdemilu tertua di Indonesia ini, pada tanggal 15, Januari 1996. Tiga orang anggota Majelis Anggota Nasional (MAN), Standarkiaa Latief, Mochtar Sindang dan Robikin Emhas menjadi pengawal dan yang terus memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Kongres KIPP Indonesia, yang dilaksanakan satu generasi sejak reformasi 1998.

Dukungan berbagai kalangan untuk pelaksanaan Kongres KIPP Indonesia yang dilaksanakan di Arena Pusat Pengembangan Pemuda dan Olahraga Nasional (PP-PON) di Cibubur, Jakarta Timur tersebut mengalir dan cukup menggembirakan. Dukungan seluruh kader KIPP di tingkat nasional dan dua KIPP Wilayah, yakni KIPP Jakarta dan KIPP Banten, sangat signifikan, bukan hanya berupa tenaga dan pikiran, tetapi juga materi yang cukup untuk modal kebangkitan KIPP Indonesia di era milenial ini. Demikian juga dari kader KIPP Indonesia yang sudah berkiprah di luar KIPP Indonesia, baik di lembaga pemerintah, Parpol atau secara memilih menjadi professional di bidangnya, sangat besar dan mampu menghadirkan kongres yang sangat meriah tanpa kehilangan makna dan spirit organisasi.

Pembukaan Kongres yang dihadiri berbagai kalangan yang menjadi mitra KIPP Indonesia, mulai dari Ketua KPU, Arif Budiman, Ketua Bawaslu Abhan, Komisioner DKPP, Ida Budhiati, Komisioner Bawaslu Afif Afifuddin serta dari pemerintah RI dan lembaga penggiat Pemilu di antaranya Cak Nanto, Kornas JPPR, Direktur SPD, Agus melaz,  yang juga kader KIPP, bahkan dihadiri juga oleh Direktur Asia Networ for Free Election, Ichal Supriyadi yang pernah menjadi Ketua KIPP Jakarta sebelumnya. Rangkaian agenda Kongres KIPP Kedua berjalan lancar sesuai dengan reencana, yang dilanjutkan dengan sidang Pleno pertama setelah usai pembukaan, yang di awal dipimpin oleh ketua Majelis, Standarkiaa Latief.

Pimpinan sidang kemudian memilih Samarathul Fuad dari KIPP Sumatra Barat dan Jhon Jangaan dari KIPP Maluku, mendampingi Standarkiaa, sampai penutupan sidang yang berlangsung sampai jam 02.00 dini hari Senin, 15 Januari 2018, sebuah sidang kongres marathon yang menggambarkan keseriusan dan gairah peserta Kongres yang tetap bertahan hadir di ruangan sidang sampai penutupan melewati tengah malam. Dua sidang komisi yang membahas soal organisasi dan program serta sikap politik KIPP Indonesia, mewadahi kebutuhan kelembagaan dan program KIPP Indonesia tiga tahun ke depan, yang kemudian disepakati dalam sidang pleno,menjelang pemiliihan Sekretaris Jendral KIPP Indonesia sebagai pimpinan tertinggi badan pengurus harian KIPP Indonesia.

Dalam pemilihan Sekjen dan Majelis Anggota Nasional (MAN), Kaka Suminta yang sebelumnya sebagai Plt. Sekjen terpilih secara definitif sebagai Sekjen dari tiga bakal calon sekjen, yakni Jojo Rohi pendiri dan pengurus KIPP sejak 1996, Girindra Sandino, dan Andrian Habibie keduanya adalah pengurus KIPP Indonesia. Kaka Suminta menggantikan Mochtar Sindang, dalam sebuah pemilihan dengan suasana penuh kekeluargaan tanpa menghilangkan spirit demokrasi dan kompetisi yang sehat. Kongres ini membuktikan bahwa KIPP mampu menjaga roh sebagai lembaga aktivis dan voluntaristik yang tetap terjada dalam satu generasi keberadaannya di Indonesia.

Dalam pidato perdananya, Kaka menyebutkan bahwa taka da yang mudah yang dilakukan KIPP Indonesia untuk mencapai cita-citanya, sejak lembaga ini berdiri, karena apa yng ingin didorong diwujudkan KIPP Indonesia adalah hadirnya kedaulatan rakyat melalui jalan demokrasi dan pelaksanaan Pemilu. Walaupun saat ini tidak ada lagi represi dari kekuasaan pemerintah, bahkan kemerdekaan pers dan kebebasan berpendapat dijamin secara konstitusional, namun tantangan untuk mencapai cita-cita tersebut, bukan berarti semakin mudah, tetapi tetap berat, hanya bentuk dan aktornya saja yang berubah.

Di jajaran Majelis Anggota Nasional, hadir tokoh-tokoh nasional yang sudah dikenal public, seperti Juri Adriantoro, matan ketua KPU RI Periode 2012-2017, Robikin Emhas salah satu tokoh sentral PB NU, Paskah Irianto, pendiri KIPP Indonesia dan tokoh aktifis 80 an, serta orang yang dianggap memiliki dedikasi dalam melahirkan dan mengawal KIPP Indonesia, termasuk di dalamnya Mochtar Sindang dan Standarkiaa Latief, sementara itu mewakili daerah hadir tokoh-tokoh yang sangat dikenal di daerahnya seperti Ahmadi Wardus dari Sultra, Samarathul Fuad (Sumbar) , I Wayan  Tirja (Bali) dan Jhon Jangaan (Maluku), juga Agus Melaz yang juga direktur SPD, sebuah lembaga kajian yang sangat produktif dalam menggagas ide-ide demokrasi dan kepemiluan. Komposisi Majelis Nasional yang menggambarkan kekuatan KIPP Indonesia, untuk menopang kerja badan pengurus harian yang dipimpin Sekjen

Kongres KIPP Indonesia kedua telah usai, sebuah kongres yang tidak dihadiri oleh pendiri dan tokoh sentralnya Mulaya W Kusuma, yang wafat pada tanggal 1 Desember 2013, tepat di awal tahapan Pemilu dan Pilpres 2014. Kini kader KIPP di seluruh Indonesia telah mampu membuktikan kemampuannya untuk terus merawat semangat KIPP yang lahir dari suasana penuh tekanan. Perjalanan panjang KIPP Indonesia adalah miniatur perjalanan negeri ini, pernah terseok dan mengalami berbagai rintangan, namun kemudian mampu bangkit dengan bersatu melaksanakan Kongres, dan menyepakati, untuk terus melanjutkan mencapai cita-cita. Para utusan dan delegasi telah pulang ke daerah masing-masing membawa spirit perubahan di tengah Indonesia yang terus berubah.

Karangan bunga ucapan selamat berkongres masih berserakan di halaman gedung PP PON, tempat kongres dilaksanakan, berbagai nama dan lembaga masih terbaca di papan karangan bunga tersebut, seperti dari Perludem, ada nama Cak Nanto, beberapa lembaga penyelenggara Pemilu dari tingkat nasional, seperti KPU dan Bawaslu, sampai tingkat provinsi dan Kota seperti dari KPU dan Bawaslu DKI Jakarta dan beberapa KPU tingkat Kota di DKI. Spanduk dan banner masih terpasang di pagi yang dingin, Senin 15 Januari 2018karena hujan disertai angin malam harinya. Sebuah fragmen perjalanan KIPP Indonesia telah usai, sebuah pagi yang memancarkan harapan baru bagi KIPP dan Indonesia, yang lahir dari KongresKIPP Indonesia yang untuk pertama kalinya tak dihadiri oleh MWK, pendiri dan tokoh sentralnya.

 

Be the first to comment on "Kongres KIPP Indonesia Pertama Tanpa MWK."

Leave a comment

Your email address will not be published.


*